Menurut (Bina Marga,modul Bridge Design, 1997) didasarkan unsur-unsur jembatan, seperti antara lain dimensi (panjang, lebar, tinggi), penulangan dan rincian lain yang diperlukan. Berikut beberapa spesifikasi jembatan standar antara lain:
1. Tipe bangunan atas, bagian-bagiannya dan macam bahan konstruksinya beton bertulang, beton pratekan, baja, bentuk I dan bentuk T,
2. Kelas jembatan menurut lebarnya:
a. Kelas A adalah 1+7+1 = 9 m (lebar perkerasan aspal 7 m, lebar masing-masing trotoar 1m) serta
b. Kelas B adalah 0,5+6+0,5 = 7 m (lebar perkerasan aspal 6 m, lebar masing-masing trotoar 0,5m).
3. Menurut panjang bentangnya antara lain:
a. L = 5 m – 25 m untuk gelagar beton bertulang dengan bentuk T, dengan selang beda panjang setiap 1 m. panjang consule masing-masing 0,30 m dari ujung ke as perletakan sudah termasuk dalam panjang bentang,
b. L = 5 m – 25 m untuk gelagar komposit, dengan selang beda panjang setiap 2 m. panjang consule masing-masing 0,30 m dari ujung gelagar ke as perletakan sudah termasuk dalam panjang bentang, dan
c. L = 22 – 40 m untuk gelagar beton pratekan tipe I atau tipe T dengan selang beda panjang setiap 3 m. panjang consule masing-masing 0,30 m dari ujung-ujung gelagar ke as merupakan perletakan belum termasuk dalam panjang bentang tersebut.
4. Sambungan gelagar baja : memakai pelat dan baut pada satu atau dua tempat per gelagarnya dengan mengingat akan panjang bentang dan pemakaian potongan panjang profil 6 m atau 12 m,
5. Dimensi gelagar mempunyai hubungan antara bentang gelagar, tinggi, lebar, tebal badan, tebal sayap bervariasi dan dapat dilihat dalam tabel masing-masing tipe gelagar-gelagar standar,
6. Jumlah gelagar beton T atau gelagar komposit:
a. Jembatan kelas A = 8 gelagar serta
b. Jembatan kelas B = 6 gelagar masing-masing berjarak 1,80 m satu dengan yang lainnya,
7. Pelat lantai kendaraan merupakan beton bertulang tebal 20 cm (khusus untuk lantai jembatan pada gelagar beton pratekan tipe I dengan penambahan panel pelat beton dasar sebagai acuan dengan tebal 7-8 cm),
8. Diafragma berfungsi sebagai pengikat antar gelagar dan letak tergantung pada panjang dan ukuran gelagar,
9. Perletakan digunakan jenis elastomer laminasi,
10. Pembebanan merupakan pedoman perencanaan jembatan jalan raya SKBI – 1.3.28.1987 yaitu kelas A dan kelas B 100% beban D (beban garis ditambah beban kejut) dan 100% beban T,
11. Metode perhitungkan merupakan analisis tegangan kerja antara tegangan-tegangan yang terjadi mendekati tegangan yang diijinkan seekonomis mungkin. Peninjauan tegangan pada kondisi sebelum komposit dan sesudah komposit.
DAFTAR PUSTAKA
Jenderal Bina Marga.(1997). Departemen Pekerjaan Umum Direktorat, Manual Kapasitas Jalan Indonesia ( MKJI ):Jakarta.
Disusun oleh :
Vivi Nur Nabilah & Wahyu Ramadhan
1. Tipe bangunan atas, bagian-bagiannya dan macam bahan konstruksinya beton bertulang, beton pratekan, baja, bentuk I dan bentuk T,
2. Kelas jembatan menurut lebarnya:
a. Kelas A adalah 1+7+1 = 9 m (lebar perkerasan aspal 7 m, lebar masing-masing trotoar 1m) serta
b. Kelas B adalah 0,5+6+0,5 = 7 m (lebar perkerasan aspal 6 m, lebar masing-masing trotoar 0,5m).
3. Menurut panjang bentangnya antara lain:
a. L = 5 m – 25 m untuk gelagar beton bertulang dengan bentuk T, dengan selang beda panjang setiap 1 m. panjang consule masing-masing 0,30 m dari ujung ke as perletakan sudah termasuk dalam panjang bentang,
b. L = 5 m – 25 m untuk gelagar komposit, dengan selang beda panjang setiap 2 m. panjang consule masing-masing 0,30 m dari ujung gelagar ke as perletakan sudah termasuk dalam panjang bentang, dan
c. L = 22 – 40 m untuk gelagar beton pratekan tipe I atau tipe T dengan selang beda panjang setiap 3 m. panjang consule masing-masing 0,30 m dari ujung-ujung gelagar ke as merupakan perletakan belum termasuk dalam panjang bentang tersebut.
4. Sambungan gelagar baja : memakai pelat dan baut pada satu atau dua tempat per gelagarnya dengan mengingat akan panjang bentang dan pemakaian potongan panjang profil 6 m atau 12 m,
5. Dimensi gelagar mempunyai hubungan antara bentang gelagar, tinggi, lebar, tebal badan, tebal sayap bervariasi dan dapat dilihat dalam tabel masing-masing tipe gelagar-gelagar standar,
6. Jumlah gelagar beton T atau gelagar komposit:
a. Jembatan kelas A = 8 gelagar serta
b. Jembatan kelas B = 6 gelagar masing-masing berjarak 1,80 m satu dengan yang lainnya,
7. Pelat lantai kendaraan merupakan beton bertulang tebal 20 cm (khusus untuk lantai jembatan pada gelagar beton pratekan tipe I dengan penambahan panel pelat beton dasar sebagai acuan dengan tebal 7-8 cm),
8. Diafragma berfungsi sebagai pengikat antar gelagar dan letak tergantung pada panjang dan ukuran gelagar,
9. Perletakan digunakan jenis elastomer laminasi,
10. Pembebanan merupakan pedoman perencanaan jembatan jalan raya SKBI – 1.3.28.1987 yaitu kelas A dan kelas B 100% beban D (beban garis ditambah beban kejut) dan 100% beban T,
11. Metode perhitungkan merupakan analisis tegangan kerja antara tegangan-tegangan yang terjadi mendekati tegangan yang diijinkan seekonomis mungkin. Peninjauan tegangan pada kondisi sebelum komposit dan sesudah komposit.
DAFTAR PUSTAKA
Jenderal Bina Marga.(1997). Departemen Pekerjaan Umum Direktorat, Manual Kapasitas Jalan Indonesia ( MKJI ):Jakarta.
Disusun oleh :
Vivi Nur Nabilah & Wahyu Ramadhan
Komentar
Posting Komentar